Dulu saya suka menampar dan memukul gadis lain. Suatu saat ketika istirahat, teman sekelas saya dan saya sedang mengobrol di sekeliling meja di kelas kami di Ebeye Seventh-day Ad-ventistSchoold\ Kepulauan Marshall. Saya lapar, tapi saya tidak ingin berlari menyeberang jalan ke MJ Store untuk membeli camilan.
"Pergilah belikan saya sepotong kue dan sup," kataku pada gadis di sampingku, dengan menyerahkan uang kertas 1 dolar AS. [Orang menggunakan mata uang dolar AS di Kepulauan Marshall.]
Gadis itu tidak mau pergi."Aku lelah," katanya."Kamu sangat membosankan!" Seruku.
Lalu aku tertawa dan meninju gadis itu—dengan keras—di pundak. Gadis itu tersenyum dan tertawa sampai aku memukulnya, tapi kemudian dia menjadi tenang. Kurasa dia tidak suka dipukul
Tapi aku tidak bisa menahan diri. Setiap kali teman sekelas tidak melakukan apa yang saya minta, saya akan memukul atau menamparnya. Saya selalu tertawa dan berpikir bahwa saya bertingkah laku main-main, tapi entah mengapa gadis lain tidak menganggapnya lucu.
Kemudian kami mengadakan ibadah pekan doa di sekolah. Pendeta membaca dari Alkitab tentang bagaimana kita harus bertobat dari dosa-dosa kita untuk mendekat kepada Yesus. Dia berbicara tentang bagaimana Yesus akan segera kembali dan membawa kita untuk hidup bersama Dia selamanya. Saya ingin hidup bersama Yesus, dan saya memutuskan untuk dibaptis.
Ketika saya memberi tahu pendeta tersebut, dia merasa bahagia dan berkata bahwa saya perlu meminta izin kepada orang tua saya. Lalu saya menjadi takut karena tak seorang pun di keluarga saya yang merupakan anggota gereja Advent.
Saya sangat takut bahwa orang tua saya akan marah karena saya tidak bertanya kepada mereka dan akhirnya saya pun tidak dibaptis. Setahun berlalu. Saya terus bercanda memukul gadis-gadis di kelas saya, dan mereka menjadi sangat tidak bahagia. Guru saya juga tidak senang dan menyuruh saya untuk berhenti memukul gadis lain.
Pos Misi
> Ada tiga sekolah Advent di Kepulauan Marshall: Sebuah sekolah dasar dan sekolah K-12 di Majuro, dan sebuah sekolah K-12di pulau kedua terbesar, Ebeye.
> Sekolah Advent yang pertama di Kepulauan Marshall didirikan pada tahun 1968 di komunitas Laura di Majuro.
> Anak perempuan dan anak laki-laki dari usia sekitar 5 tahun melakukan tugas rumah tangga karena para orang tua terlalu tua untuk memasak atau menenun tikar dan peralatan kerajinan, perbaikan, tempat tinggal, dan perahu.
Kemudian kami mengadakan ibadah pekan doa. Semakin saya belajar tentang Yesus, saya semakin bahagia. Saya ingin lebih dekat kepada Yesus dan bahagia setiap saat. Saya menyadari bahwa saya lebih mengasihi Yesus daripada saya takut akan reaksi orang tua saya terhadap keinginan saya untuk menerima baptisan. Ketika saya memberi tahu orang tua saya, mereka sama sekali tidak mengatakan sesuatu yang negatif! Mereka mengatakan bahwa saya sudah cukup umur untuk membuat keputusan sendiri.
Beberapa hari setelah pembaptisan saya di tahun 2016, saya terba
ring di tempat tidur dan memikirkan hidup saya. Saya mengingat saat saya memukul gadis-gadis lain, dan saya merasa itu sangat mengerikan. Saya memutuskan untuk mengubah sikap saya dan menjadi lebih baik. Saya memutuskan bahwa jika gadis-gadis lain meminta saya untuk membeli sesuatu di toko, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu mereka. Dengan pertolongan Tuhan, saya belum memukul atau menampar orang lain lagi. Ketika saya hanya berpikir untuk memukul seseorang, saya merasa tidak enak. Yesus telah mengubah hati saya, dan saya bersyukur kepada-Nya!
Flora sekarang berusia 17 tahun dan belajar di kelas dua belas di Ebeye Seventh-day Adventist School. Dia juga adalah sekretaris kelompok pemuda, yang disebut Children of Promise, di gereja Advent yang bertemu di sekolah tersebut. Saudaranya Lucky dibaptis pada tahun 2017. Kami akan membacakannya Sabat depan.
Bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas ini akan membantu sekolah Ebeye melakukan perbaikan mendesak untuk kelas-kelas lama sehingga dapat terus mengajar anak-anak tentang Tuhan kita yang mengubah hati.
Terima kasih atas persembahan misi Anda.
Komentar
Posting Komentar