Murad yang berusia sepuluh tahun mendekati meja guru seusai kelas. "Saya punya sebuah rahasia," katanya berbisik di telinga ibu gurunya.
Ibu gurunya, seorang Advent yang bekerja di sebuah negara yang ketat, menatapnya penuh tanda tanya. Meskipun Murad telah berada di kelasnya selama beberapa bulan, ia tak pernah berbicara seperti itu sebelumnya.
"Saya mau menceritakan sebuah rahasia," kata Murad lagi; masih berbisik. "Apakah itu?" Tanya ibu guru.
Penglihatan di Awan
Air mata mengalir di pipi Murad saat ia berbicara."Pada suatu hari ketika sedang berangkat ke sekolah, saya melihat awan seperti seorang pria tergantung di sebuah salib," kata Murad. "Saya tidak tahu siapa itu sampai saya mendengar ibu bercerita tentang Yesus. Ketika ibu berbicara tentang Yesus, saya ingat awan itu."
Kata-kata Murad dan air mata di pipinya saat ia bercerita tentang rahasia yang dipendamnya sungguh menggetarkan hati ibu guru. Jelas bahwa anak itu tidak tahu apa maksud dari penglihatannya itu.
Advertisements
Sejak saat itu, air mata menggenang di mata ibu guru bila mengingat percakapan itu. Ia tidak yakin apa yang harus dikatakannya kepada Murad. Meskipun ia kerap berbagi kisah-kisah tentang Yesus saat ia mengajarkan kepada anak-anak itu tentang moral yang baik, ia tidak dapat berkata lebih dari itu tanpa risiko menghadapi masalah besar dengan pihak berwenang.
"Saya tidak tahu harus melakukan apa," ibu guru itu berkata beberapa minggu setelah Murad berbicara kepadanya. ‘Murad berbagi apa yang dilihatnya dengan saya secara rahasia karena orang tuanya melarang dia untuk percaya kepada Yesus.
Komentar
Posting Komentar