Berita Mission 21 Oktober 2017-Penyelundup Buku #halaman1


(Mintalah seorang pria dewasa untuk membacakan laporan ini)

Setelah mengikuti sebuah konferensi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, teman teman meminta saya membawa pulang satu kotak berisi kurang lebih 100 buku rohani. Saya mau membantu, tapi merasa ragu. Pemerintah Muslim di negara asal saya, bekas Republik Soviet, dengan ketat memantau peredaran buku-buku rohani. Sebuah komite pemerintah diberi wewenang untuk memeriksa satu persatu dan memutuskan judul-judul mana yang boleh diimpor.

Kurir yang Ragu-ragu

Saya dan seorang teman berencana untuk pulang naik bus ke kota
asal kami, di mana saya melayani sebagai seorang pendeta di sebuah gereja Advent Saya berkata kepada teman saya "Saya akan membawa kotak berisi buku ini jika diizinkan oleh sopir bus." Seringkali sopir-sopir bus setuju membawa muatan lebih di bagasi mereka dengan imbalan uang.

Kami tiba di terminal bus utama dan bertanya kepada sopir bus kami apakah ia mau mengangkut juga kotak berisi buku yang kami bawa, Ia setuju untuk membantu kami dengan bayaran 100 dolar AS. Saya dan teman saya pun naik ke dalam bus hanya dengan dua koper dan duduk nyaman di sepanjang perjalanan.

Saat tiba di perbatasan, sopir bus menghampiri saya untuk menanyakan isi kotak yang kami bawa, Ia menyuruh saya berbicara sendiri dengan petugas perbatasan. "Buku macam apa yang Anda bawa di dalam kotak itu?" Ia bertanya. 'Buku-buku Kristen,' saya menjawab.







Komentar