Enam keluarga Advent tetap setia kepada Tuhan meskipun diancam dengan kematian, ditahan dan dipenjarakan oleh polisi, serta diperlakukan dengan buruk, itulah yang terjadi di India Timur Laut. Dan sebagai hasilnya, 30 persen penduduk desa kecil itu sekarang merupakan anggota gereja Advent.
Cerita dimulai ketika enam keluarga pemelihara Sabat berpindah ke sebuah desa karena krisis yang terjadi di tahun 1966.
Untuk empat tahun pertama, kehidupan di desa yang baru itu berjalan normal. Sampai kemudian orang dewasa dalam beberapa keluarga di desa itu secara resmi memutuskan bergabung dengan gereja Advent melalui baptisan. Tiba-tiba juga penduduk desa lain melakukan hal yang sama sehingga mulai menyebabkan masalah, mereka memaksa anggota-anggota Advent yang baru untuk tinggalkan kepercayaan mereka yang baru itu atau keluar dari desa.
Kebanyakan dari penduduk desa adalah anggota dari iman Kristen lainnya, dan mereka tidak mau sama sekali dengan kehadiran Advent. Mereka menghasut pengikut-pengikutnya, untuk merusak atap bangunan gereja, dan membangun sebuah tungku tradisional yang terdiri atas tiga batu di tengah-tengahnya, sambil berkata bahwa itu akan menjadi sebuah rumah tempat tinggal bukan sebuah gereja.
Beberapa penduduk memberikan ancaman melawan orang Advent, tetapi kelompok kecil orang Advent itu tetap setia dengan apa yang mereka percayai. Ketika tidak terjadi apa-apa, maka penduduk desa lokal pergi meyakinkan pemerintah agar dapat mengeluarkan perintah resmi agar orang Advent meninggalkan kepercayaan mereka atau mereka tinggalkan desa itu.
Dipenjarakan
Sabat berikutnya ada beberapa petugas polisi berdiri menunggu di rumah-rumah anggota Advent yang baru saja pulang dari gereja. Polisi kemudian berkata kepada tiga anggota Advent dewasa di kelompok itu bahwa mereka sekarang akan ditahan.
Seorang wanita menjadi sangat takut, anak-anak mulai menangis. Salah satu anggota dewasa yang bernama Pan, berkata kepada polisi, “Kami tidak melakukan suatu tindak kejahatan untuk mana kami dapat ditahan. Jika Anda ingin membunuh kami karena dasar agama, kami siap menyerahkan hidup kami.”
“Kami tidak hendak membunuh Anda,” kata seorang polisi. “Tetapi selama penduduk desa tidak menyukai Anda di sini, kami akan menahan kalian.” Polisi kemudian memborgol Pan begitu juga temannya Amunang dan menempatkan mereka beserta orang yang ketiga ke mobil polisi.
Saat itu istri Pan tiba-tiba merasa sakit perut ketika melihat suaminya dibawa oleh polisi. Tetapi ia mengingat akan janji Yesus di dalam Matius 5:10: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Mobil polisi kemudian berhenti di kantor pusat polisi setempat, lebih dari dua jam jauhnya dari Kota Dimapur. Menjelang sampai di kantor polisi, Panmeichung sangat terkejut memperhatikan bahwa borgolnya
Fakta Penting
>Nagaland terletak di India Timur Laut. Berbatasan dengan Myanmar (Burma) di sebelah timur. Kebanyakan masyarakat yang tinggal di Nagaland adalah penduduk 'suku'—kelompok masyarakat yang terpisah jauh dari Ibukota India.
>Kekristenan adalah agama dominan di daerah ini, dan bahasa Inggris menjadi bahasa yang luas dipakai sebagai pengaruh pekerjaan misionaris abad ke-19 di daerah tersebut. Meskipun orang Kristen di sini dapat merubah denominasinya sesuai kehendaknya, tidak ada penolakan dari denominasi Kristen mayoritas di daerah ini.
>Sekolah Advent Nagaland terletak di Kota Dimapur.
telah terlepas. Ia kemudian menunjukkan tangan yang tidak terborgol itu kepada polisi, kemudian polisi itu bertanya bagaimana sampai borgol itu bisa terlepas. “Kami tidak melakukan apa-apa.” Polisi kembali mengunci borgol, dan kelompok itu terus berjalan mengarah ke kantor polisi.
Tiga anggota Advent itu kemudian digiring masuk ke dalam penjara, dan mereka berada di sana selama dua hari. Pada hari Senin, polisi berkata bahwa mereka boleh pergi dengan persetujuan bahwa mereka akan pindah ke desa lain. Orang
Advent itu kemudian melakukan protes dengan berkata: “Anda tidak memberikan kepada kami alasan mengapa Anda telah menahan kami tanpa sebuah penyidikan dan tanpa tuduhan.” Polisi tidak dapat memberikan jawaban apa-apa, akhirnya mereka dibebaskan.
Rumah untuk Kebaikan
Ketika kembali ke rumah, anggota-anggota Advent itu melakukan pendekatan kepada pemerintah setempat. Mereka memohon agar mereka dapat diizinkan untuk hidup dengan damai di desa tersebut. Tiga bulan kemudian, pemerintah setempat mengatakan bahwa anggota-anggota Advent itu dapat tinggal di desa itu bahkan juga berkata kepada penduduk desa lainnya untuk membiarkan mereka tinggal dengan damai. Tadinya, hanya enam, keluarga Advent yang pindah ke desa ini, tetapi saat ini terdapat 84 keluarga orang Advent. Hal itu sama dengan hampir sepertiga penduduk desa yang berjumlah 1500 jiwa. Sekarang menjadi bagian dari gereja Advent. Panmeichung tidak pernah tahu mengapa borgol itu bisa terlepas dari pergelangan tangannya, tetapi ia berkata bahwa peristiwa itu telah mengingatkan dia pada saat menghadapi masalah, Tuhan berada dekat dengannya. Ia melanjutkan: “Hal itu merupakan mukjizat, sebuah tanda yang menunjukkan bahwa Tuhan beserta kita.”
Bagian Persembahan Sabat Ketiga belas triwulan ini akan menolong membangun sebuah asrama wanita di sekolah Advent di kota yang sama di mana anggota-anggota Advent yang setia ini pernah dipenjarakan selama dua hari. Sekolah Advent Nagaland membutuhkan asrama agar lebih banyak lagi siswa dari desa-desa yang jauh, seperti yang kita pelajari hari ini, dapat bersekolah di sebuah sekolah Advent dan belajar untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan melayani Tuhan.
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar