Berita Mission 12 Agustus 2017-Saya Ingin Menjadi Seorang Penginjil

...

Ghukato saat itu berusia enam belas tahun, seorang siswa yang ada di India Timur Laut, berkerinduan suatu hari nanti hendak menjadi seorang penginjil. Tetapi ia tidak mau menunggu sampai selesai sekolah untuk membagikan kasih Yesus kepada orang lain. Ghukato menggunakan semua peluang untuk menyampaikan kepada sahabat-sahabat bukan Advent yang ada di kelasnya tentang pengharapan dalam Kedatangan Yesus yang kedua kali, Ia menawarkan belajar Alkitab dengan mereka jika mereka tertarik. Ghukato mengatakan bahwa ia tidak mampu untuk berhenti dari membicarakan tentang Yesus sejak ia dibaptiskan pada usia 13 tahun.'Saya ingin menjadi seorang penginjil,’ia berkata sambil tersenyum.


Download aplikasi Berita Mission di playstore [here]
Pemuda Mercusuar

Orang tua Ghukato bergabung menjadi anggota gereja Advent setelah menghadiri sebuah kebaktian kebangunan rohani di saat Ghukato berusia 9 tahun, Ia dan saudaranya, yang lebih muda dua tahun darinya sedang bersekolah pada Sekolah Advent Nagaland, sekolah yang menjalankan program kurikulum 12 (K-12) di daerah India Timur Laut. Sekolah ini memiliki 204 siswa, kebanyakan berasal dari keluarga Kristen tetapi bukan Advent.

Ghukato sangat senang dengan kegiatan-kegiatan kerohanian di kampus sekolah. Secara khusus ia sangat gemar dengan kelas pertama di pagi hari ketika seluruh siswa akan bernyanyi, berdoa dan membaca Alkitab secara bersama-sama.

Guru-guru Ghukato sangat terkesan pada saat memperhatikan seorang anak lelaki yang selalu senang membantu teman-teman siswa lainnya dalam mengerjakan pekerjaan rumah, di samping itu gemar membagikan iman mereka kapan saja mendapat kesempatan. Seorang guru berkata:'Ia bukan


Pos Misi
> Pendidikan Advent adalah bagian penting dari penginjilan di Divisi Asia Selatan. Sejakgereja diorganisasikan di tempat itu, sekolah-sekolah menjadi ladang penarikan jiwa. Dengan standarpendidikanyang tinggi dalam bahasa Inggris dari pada bahasa lokal, pengaruh agama, ratusan siswa di sekolah Advent menyerahkan hidup mereka kepada Kristus kemudian dibaptis setiap tahun.
> Penekanan agama ini memengaruhi seluruh anggota keluarga. Sejumlah siswa di sekolah Advent adalah bukan datang dari keluarga Advent. Para siswa membawa ke rumah apa yang mereka dapatkan di sekolah, dan sering terjadi adalah seluruh anggota keluarga memilih menjadi pengikut Kristus.
> Sekolah Advent Nagaland di India Timur Laut adalah sekolah yang menjalankan kurikulum—12 (K-12) dengan 204 siswa. Telah disetujui untuk mengembangkan sekolah tersebut menjadi sekolah berasrama, tetapi kebutuhannya adalah ketersediaannya asrama. Persembahan Sabat Ketigabelas akan menolong membangun asrama wanita, sementara itu sekolah juga sedang menggalang sejumlah dana untuk membangun asrama pria sehingga murid-murid boleh datang dari tempat-tempat yang lebih luas lagi untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pendidikan Advent.
saja menghadiri ibadah gereja secara teratur, tetapi ia juga mengundang sahabat-sahabat bukan Advent untuk hadir dalam acara ibadah gereja, dan banyak kegiatan lainnya."


Ghukato menemukan bahwa tidaklah mudah untuk membagikan iman kepada orang lain. Sebagian dari orang tua sahabat-sahabat satu kelasnya tidak menyukai anak-anak mereka untuk menghadiri acara ibadah di gereja kampus pada setiap hari Sabat. Tetapi Ghukato setiap saat tetap saja mengundang mereka ke gereja.

Meskipun mendapat penolakan, Ghukato terus memberikan undangan secara terbuka dan berkata: "Tidak apa-apa. Tetapi jika Anda bisa datang meskipun hanya sesekali, silahkan datang." Lebih jauh Ghukato berkata: "Saya memberinya pelajaran Alkitab, tetapi orang tuanya menolak untuk mengizinkan anaknya untuk dibaptis."

Ada seorang sahabat yang mendapat masalah ketika ia datang ke gereja. Saat orang tuanya tahu, mereka melarang dia untuk pergi lagi di waktu mendatang.

Menolong Sesama

Penolakan-penolakan yang terjadi tidak melunturkan semangat Ghukato. Ia mencari siswa yang lain yang dapat ia jadikan sebagai sahabatnya, terkadang datang dari jauh yaitu dari luar kampus sekolah. Di sebuah pasar besar setempat, ia bersahabat dengan seorang pekerja pasar bernama Albert. Ia dan Albert telah terlibat dalam pembicaraan tentang gereja Advent dan hari Sabat. Saat itu Albert mengatakan bahwa ia terlalu sibuk untuk hal gereja, tetapi ia sangat bahagia ketika menerima majalah Adventist World dan buku-buku rohani lainnya yang Ghukato berikan kepadanya.

Kasih Ghukato terhadap Tuhan dimulai dari rumah, dan Ghukato melanjutkan hal itu bahwa rumah menjadi prioritas. Pada saat ibunya jatuh sakit, dan tidak mampu lagi membersihkan gereja, Ghukato menyimpan kunci gereja dan menggantikan peran ibunya serta secara diam-diam membersihkan gereja sampai ibunya sanggup mengerjakannya lagi.

Menolong Perluasan Sekolah

Menanggapi tentang kebutuhan terbesar sekolah, secara tiba-tiba Ghukato berkata bahwa siswa-siswa membutuhkan asrama mereka sendiri, dan hal itu benar demikian. Pada poin ini sekolah hanyalah sekolah harian. Tetapi jika ada asrama, maka akan ada banyak siswa yang akan datang bersekolah di sekolah tersebut.

Persembahan Sabat Ketiga belas akan menolong sekolah untuk membangun sebuah asrama wanita. Di samping itu juga sekolah mencari dana untuk membangun asrama pria.

Ghukato berkata bahwa kedua asrama tersebut sangatlah penting karena ada banyak siswa yang suka bersekolah tapi tidak dapat bolak-balik setiap hari.

Ghukato mengatakan bahwa tidak ada yang lain selain bersedia dan menunggu saat Yesus akan datang. Ayat hafalan kesukaannya adalah Matius 24:42, Yesus berkata: "Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu, pada hari mana Tuhanmu datang."

Mohon diingat Sekolah Advent Nagaland dalam setiap doa Anda dan berikanlah dengan senang hati Persembahan Sabat Ketiga belas.