Berita Mission 8 April 2017

Doa Seorang Ibu

Saya sangat sedih saat mengetahui bahwa anak perempuan saya tidak dapat bersekolah lagi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Advent di Gabon. Misi Gabon sedang berjuang keras, dan mereka kekurangan sumber daya untuk mengajar kelas-kelas yang lebih tinggi. Masalahnya tidak terlalu buruk jika saya bisa mendaftarkannya ke sekolah Advent yang lain, tetapi kami hanya memiliki satu di negara ini.

Juana telah terbiasa memulai harinya dengan puji-pujian dan doa di sekolah Advent. Kelas Alkitab merupakan bagian dari kurikulum mereka. Guru-gurunya sangat mengasihinya dan mengasuhnya dengan baik, dan teman-teman sekelasnya selalu mengajaknya bergabung untuk menjangkau komunitas yang lebih luas. Tetapi semua itu harus berubah.

Begitu Banyak Kekhawatiran Apakah yang akan terjadi pada iman Juana kalau ia masuk ke sekolah umum? Pikirku. Apakah ia dapat tetap dekat dengan Yesus? Saya mendengar tentang sekolah umum lokal dari teman-teman yang anak-anaknya harus pindah ke sana. “Banyak teman sekolah anak saya yang terlibat minumminuman keras dan obat-obatan," kata seorang teman pria."Semua kegiatan sosial diadakan hari Jumat malam dan hari Sabtu," kata seorang teman wanita. "Gurunya hanya datang ke kelas jika sedang ingin datang, dan anak-anak dibiarkan mengurus diri mereka sendiri," kata yang lainnya. Seolah-olah hal ini tidak cukup membuat khwatir, masih ditambah kenyataan bahwa sebagian besar ujian akan dijadwalkan pada hari Sabat.

Lutut yang Berdarah

Tidak lama setelah Juana memulai sekolah barunya, saya mulai menyadari perubahan dalam kehidupan kerohaniannya. Ia tidak lagi meluangkan waktu untuk belajar
Fakta Terkini

⟹Gabon adalah republik merdeka  yang terletak di pantai barat Afrika Tengah. Di bagian barat laut oleh Equatorial Guinea, di utara oleh Kamerun, dan di timur dan selatan oleh Republik Kongo, dan di barat oleh Samudera Atlantik, 
⟹Sebagai bekas jajahan Prancis, Gabon mempertahankan ikatan yang kuat dengan bahasa dan budaya Prancis.
⟹Gabon sedikit lebih kecil dari negara bagian Colorado di Amerika Serikat.

Alkitab dan berdoa, dan nampak tidak tertarik lagi turut serta dalam penginjilan. "Saya mengkhawatirkanmu, sayang," kataku pada suatu hari. "Apakah semua baik-baik saja?"

Juana memandang ke kejauhan, wajahnya dirundung kesedihan. "Tidak, Bu, tidak baik. Saya merasa bahwa segalanya sedang menarik saya menjauh dari Yesus saat ini.

Saya tidak bermaksud membiarkan hal ini terjadi, tetapi saya merasa jauh sekali dari-Nya."

Saya meyakinkan Juana bahwa Yesus mengasihinya lebih dari yang dapat ia bayangkan dan apa pun yang dilakukannya tidak akan mengubah kenyataan itu."Ibu juga selalu berada di sini untukmu, Juana," imbauku. "Aku akan melakukan apa saja untuk membantumu, bahkan hingga lututku berdarah mendoakanmu!" 

Lebih Kuat dari Biasanya 

Saya berdoa untuk Juana dan memohon beberapa sahabat karib saya untuk mendoakannya juga. Beberapa bulan kemudian, ia datang kepada saya dengan tersenyum. "Saya sudah dekat lagi dengan Yesus, Bu," katanya."Dia adalah Sahabat terbaik saya, dan saya sedang berusaha semampu saya untuk membantu teman-teman sekolah saya agar mengalami kebaikan-Nya juga."

Juana membagikan imannya di sekolah. Saya terpana! "Bagaimanakah cara kamu melakukannya, sayang?"

"Begitulah, jika kami akan menghadapi ujian, saya mengajak mereka untuk bersama-sama memohon pertolongan Tuhan agar dapat melewatinya. Atau, jika kami sedang mengalami situasi yang sulit, saya akan berkata:'Mari berdoa supaya Tuhan menolong kita mengatasi masalah ini.'Bahkan dalam percakapan sehari-hari, selalu ada kesempatan berbicara tentang Kristus."

Kejutan yang Membahagiakan

Saya tak dapat menceritakan betapa bahagianya ketika mengetahui Juana telah membarui hubungannya dengan Tuhan. Dan betapa senangnya saya ketika mengetahui bahwa Persembahan Sabat Ketiga-belas triwulan ini akan digunakan untuk membantu pembangunan sebuah SMP di Gabon, untuk memperkuat iman anak-anak kami. Juana akan dapat kembali bersekolah di




Berteriak, "Kamu menjadi orang Kristen?" Keluarga saya tertawa. "Tidak mungkin!" Adik lelaki saya Leo tewas karena tenggelam saat usia 12 tahun. Saya sangat mengasihinya; saya merasa kehilangan dia. Saya mulai minum-minum dan memakai obat-obatan untuk menghilangkan kesedihan saya.

Saya bukan seorang Kristen saat Leo meninggal, tetapi dia dan kakak lelaki saya tertua, Rene, sedang belajar Alkitab dengan seorang pria dari gereja Advent. Kedua saudara saya itu berencana dibaptis dalam waktu dekat.

Pemakaman Leo adalah pengalaman yang menghancurkan hati saya, meskipun ada sisi terangnya. Seluruh anggota gereja Advent datang untuk membantu kami