Berita Mission 3 Desember 2016-Panggilan yang Tak Dapat Diabaikan (Bagian 2)


Catatan Editor: Richard sementara bermain dengan kakaknya ketika ia dengan tidak sengaja memecahkan kaca indah penghias pintu depan rumah mereka. Takut akan reaksi ayahnya, Richard memohon pada Allah untuk menjaga ayahnya agar tidak marah. Ketika ia tiba, ayah saya melihat pintu dengan pecahan kaca yang berserakan. Dia bertanya: "Siapakah yang melakukan ini?" Saya menjawab, "saya." Lalu ia bertanya: "Apakah kamu terluka?" 'Apakah kamu baik-baik saja?"

Dia mengatakan kepada saya bahwa hal yang paling penting ialah bahwa saya aman dan tidak terluka. Dia mengatakan bahwa kaca itu tidak penting baginya—tapi akulah yang penting. Reaksinya sungguh menakjubkan bagi saya, dan saya percaya bahwa itu adalah jawaban langsung dari Allah. Sejak saat itu saya benar-benar yakin, 100 persen, bahwa Tuhan itu ada. Melalui peristiwa ini saya tidak pernah mempertanyakan keberadaan Allah lagi, saat itu saya masih berusia 10 tahun.

Memperluas Rumah Ibadah

Karena bisnis ayah saya berjalan dengan baik, kami mampu membeli rumah di Villejuif. Ketika kami pindah, ayah saya menjelaskan kepada pemilik villa yang telah kami sewa bahwa pengalaman di rumah ibadah itu sangat baik, dan yang akan kami lakukan sekarang adalah kami ingin meniadakan dinding yang membatasi kedua villa sehingga menjadi satu dan kami bisa memiliki rumah ibadah yang lebih besar. Pemilik rumah dengan senang hati setuju, dan rumah ibadah ini menjadi rumah ibadah resmi di Villejuif.

Satu tahun kemudian, saya melakukan Bar Mitzvah (ini adalah perayaan masa akhir balik dalam upacara Yahudi), dan pada saat yang sama saya mengikuti kursus dari Taurat Talmud yaitu kami mulai belajar bahasa Ibrani, dan doa-doa Yahudi, ritual, perayaan-perayaan, dan Alkitab. Kami memiliki waktu bebas pada hari Kamis dan Minggu dan sepanjang pagi semua anak laki-laki Yahudi di Villejuif pergi ke rumah ibadah dan bersiap untuk Bar Mitzvah. Bar Mitzvah berarti "Anak Firman." Saat itu saya berusia 12 tahun.

"Diperkenalkan sebagai Seorang "Yahudi"

Saya menjalani hidup bersama dengan teman-teman kafir saya di sekolah umum. Salah satu dari teman saya ini berasal dari keluarga Advent, tapi saya belum mengetahuinya saat itu. Namanya Imanuel. Ayahnya adalah Manuel dan Ibunya adalah Manuela. Mereka adalah keluarga yang berasal dari Barcelona, Spanyol.

Lalu suatu hari kelompok kami pergi ke rumah Imanuel. Ketika kami tiba, ia memperkenalkan saya sebagai "seorang Yahudi" kepada orangtuanya. Bagi saya, ini cukup aneh karena dia tidak pernah memperkenalkan saya sebagai seorang Yahudi sebelumnya. Ayahnya sangat tertarik. Beberapa waktu kemudian saya menyadari bahwa Manuel seorang yang berpikiran misionaris. Tidak ada yang bisa meninggalkan rumahnya tanpa diberi banyak bahan bacaan untuk membawa orang tersebut menjadi orang Kristen. Sebelum menjadi seorang Advent, pria ini adalah seorang komunis yang sangat militan, ingin menobatkan semua orang menjadi komunis.

Ia mengatakan: "Oh, Anda adalah seorang Yahudi. Itu sangat menarik. Tahukah Anda bahwa kami adalah orang Yahudi rohani." Saya bertanya: "Apakah itu? Saya tidak pernah mendengar tentang orang Yahudi rohani. Saya tahu tentang Katolik, Protestan, bahkan Saksi Yehova... tetapi Yahudi rohani?"

"Ya,"jawab Manuel. "Anda tahu, Anda aman di sini. Kami makan makanan halal." Kami tidak vegetarian, tapi selalu pergi ke pusat perbelanjaan makanan halal kota Paris untuk membeli daging dan hal-hal lain.

"Dan keluarga kami juga memelihara Sabat," tambahnya. Saya kaget mendengarnya, tapi pada saat itu saya tidak terlalu tertarik dengan agama. Namun setiap kali saya datang ke rumahnya, Manuel menunjukkan beberapa ayat Alkitab. Saya mengatakan kepadanya, "Itu Alkitab Anda, bukan Alkitab saya. Itu tidak benar."Tapi dia mengatakan: "Anda dapat memeriksa dengan Alkitab Anda sendiri."

Jadi saya mengambil referensinya dan memeriksanya dengan Alkitab Yahudi saya dan melihat bahwa itu sama seperti yang tertulis dalam Alkitabnya Manuel.Tetapi kemudian saya tidak memikirkan lagi tentang hal itu.

Setahun berlalu dan saya mulai kencan dengan putri tunggal Manuel, Lilliane. Manuel sangat
kurang senang dengan ini karena ia ingin putrinya menikah dengan seorang Advent. Tetapi ia terus berusaha supaya saya bertobat.

Suatu hari ia bertanya: "Mengapa Anda tidak datang ke gereja kami untuk melihat bagaimana ibadah kami?"Saya berkata: "Mengapa tidak?"

Jadi pada hari Sabat pagi, ketika orangtua saya pikir saya akan ke sekolah, saya justru pergi ke gereja Advent. Saya menemukan program Sekolah Sabat sangat menarik. Gurunya adalah anak dari seorang pendeta Advent yang telah menjadi Ketua Daerah Israel beberapa tahun sebelumnya. Dia telah tinggal di Israel dan tahu bahasa Ibrani dan Alkitab dengan sangat baik. Saya mendengar sambil menikmati pelajarannya, dan setelah itu saya mengatakan pada Manuel bahwa pelajarannya sangat baik sekali dan saya akan datang lagi. Sejak saat itu, saya mulai pergi ke gereja Advent gantinya pergi ke sekolah pada hari Sabat. Tapi ayah saya berpikir bahwa saya berada di sekolah.

Tekanan Berat

Roh Kudus bekerja di hati saya terus-menerus dan Dia menuntun saya langkah demi langkah. Tapi kemudian sesuatu yang mengerikan terjadi. Ayah Lilliane ini, Manuel, adalah seorang tukang listrik, pekerjaan setiap hari adalah memperbaiki lift. Suatu hari sementara bekerja, Manuel tiba-tiba merasa sakit. Dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke bawah terowongan lift. Karena terluka parah, ia dilarikan ke rumah sakit dan tidak lama kemudian ia meninggal.

Ini adalah tekanan yang berat bagi saya. Manuel masih muda dan kuat—baru berusia 47 tahun. Dan dia adalah seorang yang percaya teguh dalam Kristus. Pengalaman ini membantu saya untuk berpikir lebih dalam tentang kehidupan dan kematian.

(Bersambung).