Berita Mission 17 September 2016-ANAK-ANAK GENOSIDA


Ketika Alphonse berusia tujuh tahun ia bersembunyi bersama dengan orangtuanya dan tiga saudaranya yang lebih muda. Berusaha untuk menghindar supaya tidak terbunuh, keluarga melakukan yang terbaik yang mereka dapat lakukan untuk bertahan hidup di semak-semak.

"Orangtua saya melindungi saya-dan mengajari saya bagai-’ mana untuk bersembunyi,"ingatnya. "Setelah mereka meninggal, saya masjh bersembunyi dengan . saudara-saudara saya dan orang lain. Kami bisa selamat hanya oleh kasih karunia Allah."

Setelah genosida, Alphonse dan saudara-saudaranya ditamatkan di panti asuhan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Panti asuhan yang memiliki 115 anak-anak—semuanya telah kehilangan orangtua mereka selama genosida.

Seperti Sebuah Keluarga

"Kami diberi segala yang kami butuhkan," kata Alphonse. "Makanan, pakaian, buku catatan, biaya sekolah. Saya senang berada bersama-sama dengan anak-anak lain yang memiliki masalah yang sama seperti saya dan saudara-saudara saya. Bersama-sama kami mulai melupakan apa yang telah terjadi pada kami.

"Para pemilik panti asuhan membawa kami kepada mereka yang seperti orangtua kami. Kami memanggil mereka ibu dan ayah, dan kami menyebut teman-teman kami sebagai saudara-saudari kami hanya supaya kami bisa merasa bahwa kami memiliki keluarga.

Kami merasa seolah-olah kami hidup dalam sebuah keluarga normal. Kami mengadakan ibadah bersama, mengambil air, dan melakukan banyak hal lainnya yang layaknya dilakukan dalam sebuah keluarga. Pada Jumat malam dan hari Sabat, kami beristirahat, beribadah, berdoa, dan sebagainya.


Pos Misi


3 Ada 645.048 orang Advent di . Rwanda, beribadah di 1.713 gereja.


-Saksikanlah Mision Spotlight untuk mendapat lebih banyak cerita dari Divisi Afrika ; Tengah Timur. Kunjungi www. adventistmission.org/dvduntuk ; mengunduh secara gratis.


Kami juga memiliki paduan suara yang indah, dan bahkan memiliki beberapa CD rekaman.


"Saya menyelesaikan sekolah dasar dan menengah ketika tinggal di panti asuhan, tetapi ketika saya berumur 18 tahun saya harus meninggalkan panti asuhan. Tetapi saya senang pergi kembali untuk mengunjungi saudara-saudara saya di sana."


Setelah meninggalkan panti asuhan, Alphonse bertemu direktur baru Rumah Sakit Mugonero—berasal dari Brasil—yang memanggil Alphonse bekerja untuknya sebagai sekretaris dan penerjemah. Beberapa tahun kemudian, Alphonse pergi untuk pelatihan lebih lanjut dan


kembali ke Rumah Sakit Mugonero pada awal tahun 2015 di mana dia sekarang bekerja sebagai Humas dan Direktur Layanan Pelanggan. 


Pada tahun 2012 Alphonse menikah dengan seorang wanita yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit, mereka dikaruniai dua putra.


Alphonse menikmati pekerjaan di rumah sakit, dan terutama menghargai sesama staf. "Kami adalah teman dan kami bekerja sebagai sebuah tim,"katanya."Ini seperti sebuah keluarga. Banyak staf kami adalah orang Advent. Kami memiliki semangat dan pemahaman yang sama. Adalah baik ketika orang yang di sekitar kita memiliki pemahaman yang sama."

Tetap Berdoa


Seperti Alphonse, Sebageni juga menjadi yatim piatu saat terjadi genosida. Namun, ia dan kedua saudaranya selamat. "Kami tinggal di Provinsi Barat," kata Sebageni. "Orangtua saya anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, dan ayah saya bekerja di Universitas Modendi. Ayah, ibu, dan nenek berada di dalam sebuah gedung di universitas ketika pembunuh datang dan membakar gedung dengan banyak orang di dalamnya. '


"Saya ingat orangtua kami memberitahu kami untuk terus berdoa. Mereka mengatakan kepada kami untuk menjadi kuat dan berdoa, dengan demikian kami akan menjadi orang yang dibutuhkan oleh dunia—orang yang bisa membantu orang lain.""Setelah orangtua dan nenek kami meninggal dunia, kami tinggal dengan bibi kami yang berasal dari Kongo. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, saya menerima beasiswa dari pemerintah Rwanda, khusus untuk yang selamat dari genosida. Saya memutuskan untuk mengambil pelatihan juru masak dan bekerja sebagai juru masak selama empat tahun.
Undangan dari UAAT


"Pada tahun 2014 Universitas Advent Afrika Tengah (UAAT) menawarkan kuliah gratis kepada mereka yang orangtuanya bekerja di Modendi dan tewas. Jadi saya sekarang belajar administrasi bisnis di UAAT. Di kampus yang baru di Kigali."


"Saya telah memilih fakultas ekonomi karena itulah karer yaitu banyak orang melupakan Yesus, dan saya ingin membantu mereka. Jika saya memilih jurusan teologi, sudah ada banyak pendeta. Tetapi ketika saya memilih fakultas ekonomi, saya dapat berbagi dengan orang yang belum mengetahui Alkitab dengan baik."


"Saya akan memberitahu mereka tentang bagaimana orang kaya dapat mengikut Yesus melalui uang yang didapatnya. Banyak akuntan mencuri uang. Tetapi bagaimanakah bisa seorang akuntan menjadi orang yang tidak mencuri? Bagaimanakah mereka bisa menjadi seseorang yang tidak egois, tetapi malah memberikan uang untuk membantu orang lain? Dalam bisnis, orang biasanya bekerja untuk diri mereka sendiri, bukan untuk orang lain. Tetapi saya ingin menunjukkan kepada mereka cara yang lebih baik."
"Saya Masih Hidup"


Ayat favorit Sebageni adalah Yesaya 41:10: "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Aliahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."


"Ini adalah ayat istimewa bagi saya," kata Sebageni, "karena pada tahun 1994, kurang lebih ada 1 juta orang yang tewas. Tetapi saya masih hidup. Alkitab mengajarkan kita bahwa Yesus mati bagi kita, dan bahwa Dia telah dibangkitkan. Begitu juga dengan orangtua kami, keluarga kami, yang telah meninggal—tetapi tidak untuk selamanya. Mereka akan dibangkitkan. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.


"Ketika saya membaca Alkitab, saya senang, saya tidak lagi menangis. Itulah kekayaan yang ada di dalam Alkitab. Saya dikuatkan. Saya tidak sabar untuk melihat Yesus segera datang dan membawa kita ke surga di mana kita dapat meninggalkan hal-hal buruk di dunia ini."


Setelah menyelesaikan studinya di UAAT, Sebageni berencana untuk membantu orang lain di dunia bisnis mengenal Yesus. "Membantu orang lain adalah penting— betapa pentingnya kasih," katanya