Berita Mission Advent 28 Mei 2016-Narapidana Keji seperti Saya


Philip Vaki adalah orang yang kejam ketika ia dikirim ke penjara selama 30 tahun. Dihukum karena perampokan bersenjata, pembunuhan yang disengaja dan pembunuhan yang terencana ia kemudian menggambarkan dirinya sebagai "bodoh, pemberontak, sembrono, dan sangat sombong."

Dia juga kasar, tidak setia, dan pemabuk berat. Setelah ia terkunci di balik jeruji besi, orangtua dari istrinya, Maureen, mendorongnya untuk meninggalkan dia."Kau tidak pantas hidup seperti itu"kata mereka padanya. Tapi Maureen tidak siap untuk menyerah.

Bekerja untuk sebuah perusahaan penjualan dan perdagangan di Ibukota Port Moresby, Maureen bertemu dengan perwakilan penjualan internasional yang melakukan

bisnis di Papua Nugini. Ini adalah kisah bagaimana dia bertemu Dennis Perry dari Perusahaan Sanitarium Makanan Kesehatan milik gereja Advent di Australia. Selain itu, Dennis terlibat dalam Pelayanan Makanan bagi Kehidupan, sebuah badan amal yang berfokus terutama pada pemenuhan kebutuhan fisik dan rohani yang kurang beruntung di Port Moresby.

"Saya Lihat Masih Ada Harapan"

Ketika Dennis mengetahui bahwa suami Maureen ada di penjara ia mulai berdoa dengan dia dan memberikan buku-bukunya untuk diteruskan kepada Philip. Salah satu buku yang pertama Dennis berikan adalah Kemenangan Akhir oleh Ellen White. Maureen memberikannya kepada Philip yang membaca tiga halaman pertama dan segera ia menaruh buku itu.

Sementara itu, Maureen, yang dibesarkan dalam keluarga Kristen bertelut setiap malam sementara itu dia menangis kepada Tuhan untuk suaminya. "Meskipun Philip masih di penjara, saya melihat bah-
wa masih ada harapan,"Maureen mengingat."Saya tahu bahwa Allah akan mengubah dia satu hari klak:, Saya percaya Tuhan."

Sementara Philip duduk di sel penjara, Tuhan sedang bekerja dalam hatinya. Suatu hari ia memutuskan untuk kembali mengambil buku yang Maureen telah berikan kepadanya. Kali ini ia membaca halaman demi halaman Kemenangan Akhir; ia tidak bisa meletakkannya! Tak lama Philip menyelesaikan buku itu dan ingin lebih banyak buku.

Dennis Perry senang mendengar ini dan mengirim Kerinduan Segala Zaman, Para Nabi dan Bapa, dan lainnya kepada Maureen sehingga dia bisa teruskan itu semua. Sementara Philip bersemangat membaca setiap buku baru, hidupnya mulai berubah.

Setiap pekan mahasiswa dari Pacific Adventist University datang ke penjara untuk mengadakan kebaktian dan pelajaran Alkitab. Philip hadir dengan setia "dan di sanalah saya menerima Yesus dan pekabaran Advent" katanya. Dia dibaptis di penjara.

Berbagi Apa yang Dia Pelajari 

Setelah ia menjadi anggta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Philip ingin berbagi dengan istrinya apa yang telah dipelajarinya. Jadi ketika Maureen datang berkunjung Philip mulai memberikan buku-buku itu kembali padanya mendesaki nya untuk membaca materi yang telah memainkan peran penting dalam mengubah hidupnya. Maureen bisa melihat bahwa sikap suaminya dan bahkan penampilannya telah berubah secara radikal. Ingin belajar lebih banyak ia mulai membaca buku yang telah ia teruskan kepada suaminya. Tidak lama dia juga menerima kebenaran dan dibaptis ke dalam gereja Advent.

Pejabat penjara dan sesama tahanan melihat perubahan drastis yang terjadi dalam kehidupan Philip. Tidak ada lagi kejahatan, kesombongan, kriminal, dan pemberontakan. Sebaliknya ia menunjukkan kepedulian yang tulus untuk orang lain, la diminta untuk melayani sebagai penatua gereja Advent dalam penjara dan ia sering memimpin dalam pelayanan kepada tahanan lain. Selain itu Philip diminta untuk melayani sebagai koordinator Pelayanan Makanan bagi Kehidupan dalam penjara. Dengan cara ini Dennis Perry dan relawan lainnya mampu membawa makanan pakaian dan barang-barang kemanusiaan lainnya untuk para tahanan.

Karena perubahan yang jelas dalam hidupnya dan perilaku yang patut dicontoh Philip keluarkan dari penjara kepada pembebasan bersyarat setelah menjalani sedikitnya lebih setengah dari hukuman penjara 30 tahun itu.

"Kegemaran Kami adalah Kasih" 

Philip kini menjabat sebagai Koordinator Operasi Makanan untuk Kehidupan di Papua Nugini. Maureen mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk bergabung bersama Philip dalam pelayanan khusus ini. "Kegemaran kami adalah kasih sayang seperti yang disaksikan oleh tindakan kami" kata pasangan itu.

Sebuah cara luar biasa di mana keluarga Vakis tunjukkan kasih sayang mereka yaitu dengan menyediakan tiga kamar tidur di rumah mereka untuk anak muda yang berjuang. Bersama dengan empat anak mereka sendiri, keluarga ini memiliki 20 sampai 25 anak-anak dan remaja yang tinggal bersama mereka. Selama akhir pekan jumlahnya sering membengkak sampai 40. "Anak-anak ini berasal dari keluarga berantakan dan seringkali mereka telah disalahgunakan" kata Philip.

"Anak-anak menikmati tinggal dengan kami"Maureen menambahkan. "Kami berbicara dengan mereka menangis dengan mereka dan menghabiskan waktu dengan mereka. Mereka sangat emosional dan kami hanya duduk dan mendengarkan mereka. Dan mereka semua memanggil kami Mama dan Papa."

Keluarga Vakis berusaha untuk mengajar orang-orang muda untuk mengasihi Tuhan "dengan segenap hati mereka." Mereka juga mengajari anak-anak prinsip-priraip dasar kehidupan dari Alkitab mendorong mereka untuk selalu menempatkan Yesus pertama dan untuk menjauhi
narkoba dan alkohol.

"Kami tidak mau orang-orang muda ini berkelana di jalanan," kata Philip."Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Kami ingin mendidik mereka tidak hanya untuk sekarang tapi untuk selamanya.

Martabat dan Harapan

Philip dan Maureen mendorong orang muda untuk terlibat dalam membantu orang lain dengan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Pelayanan Makanan untuk Kehidupan termasuk membawa makanan dan pakaian untuk beberapa orang yang paling membutuhkan di Port Moresby."Kami mengajarkan mereka untuk menunjukkan martabat dan harapan bagi orang-orang yang dilecehkan dan pengharapan yang hanya ditemukan dalam Yesus Kristus" kata Philip.

"Sabat terakhir adalah sangat emosional bagi saya"kata mantan narapidana melanjutkan. "Ketika saya melihat mereka bernyanyi untuk masyarakat yang tinggal di tempat pembuangan sampah; saya menyadari—sebagaimana saya dulu—dan sekarang Tuhan memberi saya anak-anak ini untuk di pelihara. Itulah kasih karunia Allah! Jika Dia bisa mengubah seorang penjahat keji seperti saya Dia bisa mengubah siapa pun."

Komentar