Jean-Pierre berasal dari keluarga yang berakar dalam di gereja Presbyterian. Misionaris datang ke desanya pada tahun 1845, dan beberapa waktu kemudian sebuah gereja Presbyterian pertama dibangun di pulau itu. Kakek Jean-Pierre telah menjadi misionaris di Pulau Futuna, 1.000 mil (1.600 km) jauhnya. Semua orang tahu Jean-Pierre adalah anggota Presbyterian, dan setelah dewasa Jean-Pierre menjadi penatua di gereja setempat.
Lalu suatu hari, dunia Jean-Pierre berubah. Saat bekerja di bagian pariwisata dan hotel industri Vanuatu ia bertemu Lana. Sementara mereka berdua makin dekat, Jean-Pierre mengetahui bahwa Lana adalah anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Ini cukup mengejutkan bagi Jean-Pierre, terutama kenyataan bahwa Lana pergi ke gereja pada
hari Sabtu, bukan Minggu. "Rasanya seperti memukul dinding bata,"kenangnya.
Meskipun kedua akhirnya memutuskan untuk menikah, secara rohani mereka bergumul, sementara Lana pergi ke gerejanya setiap hari Sabat, dan Jean-Pierre pergi pada hari Minggu. "Ketika datang pada hari Sabat, saya meninggalkan rumah dengan tenang, dan tanpa gangguan," kata Jean-Pierre."Dan pada hari Minggu, Lana akan meninggalkan rumah."
Jean-Pierre terus dalam peran kepemimpinannya di gereja Presbyterian, di mana ia mengatur keuangan dan berkhotbah secara teratur sepanjang kebaktian Minggu, la juga melakukan pelatihan kepemimpinan.
Akhirnya Jean-Pierre dan Lana memiliki tiga putra, tapi kehidupan rohani mereka terus terpisah. Anak-anak beribadah bersama ibu mereka pada hari Sabat, dan Jean-Pierre terus berkhotbah dan memimpin dalam gerejanya pada hari Minggu. Tapi ada ketegangan di rumah di mana setiap orang bisa merasakan.
Sebuah Jendela Dibuka
"Kemudian jendela baru dibuka," kata Jean-Pierre. "Istri saya bergabung dengan Balai Buku Advent [sekarang dikenal sebagai Pusat Buku Pengharapan], di mana ia menjadi manajer. Dia menaruh beberapa majalah di meja kami ketika saya sedang mempersiapkan khotbah. Saya sangat menikmati banyak majalah dan menemukan bahwa itu membantu dalam mempersiapkan khotbah saya, tidak menyadari bahwa ini membuka jalan.
"Ketika ada acara di gereja Advent, istri saya mengundang saya. Saya menghadiri konferensi pria Advent, meskipun saya masih seorang penatua di gereja Presbyterian. Saya sangat menikmati konferensi ini, tetapi masih memiliki perasaan bahwa ada dinding di depan saya yang terus memukul. Di rumah kami, ada ibadah Sabat, dan kemudian Minggu. Saya bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak benar, dan saya harus menemukan jawaban untuk itu."
Jean-Pierre berjuang dengan pertanyaan tentang Sabat dan Minggu untuk beberapa waktu sebelum ia akhirnya menemukan jawabannya.
PV14
Pada tahun 2014, sebagai bagian dari Misi ke Kota, inisiatif dari General Conference, KKR diadakan'di Port Vila, Ibukota Vanuatu. Program, yang dikenal sebagai "PV14," berfokus untuk menjangkau banyak orang di kota dan daerah sekitarnya. Sebuah komite transportasi dibuat, dan Jean-Pierre diminta untuk menjadi
Pos Misi-Vanuatu adalah bagian dari Uni MisiTrans Pasifik (TPUM). - TPUM terdiri dari banyak negara pulau termasuk Samoa Amerika, Fiji, Kiribati, Nauru, Niue, Samoa, Kepulauan Solomon, Tokelau, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.
-Daerah Misi Vanuatu didirikan pada tahun 1912. -Saat ini ada 21.354 anggota Advent beribadah di 85 gereja dan 130 lembaga di Vanuatu.
direktur transportasi untuk desanya. Selain mengangkut orang ke dan dari pertemuan setiap malam, ini berarti bahwa Jean-Pierre juga akan menghadiri pertemuan.
Selama dua minggu pertama, Jean-Pierre lebih terfokus pada tanggung jawab transportasi, tetapi pada minggu ketiga perhatiannya tertangkap dengan cara yang sangat mengejutkan. Dia mengatakan hal itu dalam kata-katanya sendiri:
"Itulah Anda!"
Saya duduk dan menatap layar lebar. Saya mendengarkan Pendeta Jean-Noel memberitakan tentang hari Sabat—topik yang sangat mengganggu saya selama ini. Sementara saya terus mendengarkan dan mengikuti bersama dalam Alkitab, saya yakin bahwa ini adalah kebenaran.
Lalu tiba-tiba pendeta datang mendekat dan menunjuk lurus ke arah saya dan mengatakan,‘Itulah
Anda!" Saya melihat sekeliling untuk melihat apakah ada orang di belakang saya, tapi tidak ada. Dia melakukannya lagi, menunjuk—"Itulah Anda, yang saya sedang tatap!"
Saya mengabaikannya, mencoba untuk berpura-pura itu bukan saya. Saya menunggu sebelum melihat lagi, tapi ketika saya lakukan, di sana ia mengatakan, "Sekarang, Itulah Anda!" Saya terdiam, memutuskan untuk tidak melihat ke layar lagi, tapi saat ini saya mengangkat kepala saya, dia masih menunjuk saya dan berkata, "Itulah Anda"kali ini saya menatapnya dengan air mata, dan berkata, "Ya, ini aku."
Saya membuat keputusan. Saya sudah melakukan semua hal di gereja, tapi ada perasaan batin, sesuatu yang mengatakan,"Ini tidak benar." Saya diyakinkan mengenai hari Sabat, dan menerimanya. Itu yang bisa saya lakukan. Saya tidak lagi merasa pergumulan batin dan saya mengalami ketenangan pikiran. Saya tahu bahwa saya telah membuat keputusan yang tepat untuk menjaga hari Sabat dan dibaptis sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Ini mengingatkan saya pada kisah Zakheus, ketika Yesus menengadah ke atas pohon dan memanggilnya dengan nama.
[Bersambung.]
Komentar
Posting Komentar